cover
Contact Name
Lukmanul Hakim
Contact Email
lukmanulhakim7419@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalmabasan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
MABASAN
ISSN : 20859554     EISSN : 26212005     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
MABASAN is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in MABASAN have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. MABASAN is published by Kantor Bahasa NTB twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan" : 8 Documents clear
Menggali Nilai-Nilai Budaya dalam Peribahasa Etnis untuk Materi Pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah dalam Pembentukan Wawasan Keindonesiaan: Perspektif Antropolinguistik Mardi Nugroho
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.33 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.136

Abstract

Pada era reformasi ini, selain berbagai bencana dan persoalan-persoalan lain, bangsa Indonesia menghadapi ujian-ujian berat yang berkaitan dengan sentimen primordial. Ujian-ujian itu misalnya ada daerah yang ingin lepas dari NKRI, daerah yang ingin lepas dari induknya menjadi provinsi atau kabupaten baru, dan pemaksaan agar daerahnya dipimpin oleh figur-figur dari kelompok etniknya. Bisa dikatakan bahwa keindonesiaan yang terbentuk belum sepenuhnya utuh dan belum kokoh. Oleh karena itu, perlu diupayakan terbentuknya wawasan keindonesiaan pada segenap komponen NKRI yang diharapkan akan memperkokoh keindonesiaan kita.Berbagai buku muatan lokal sudah memanfaatkan hasil penelitian tentang peribahasa dalam suatu etnik, misalnya buku Peribahasa Gorontalo: Rujukan Mata Pelajaran Muatan Lokal karya Mansur Pateda dengan Yennie P. Pulubuhu, namun belum menganalisis aspek kebudayaannya. Ada penelitian ungkapan dalam etnik lain, misalnya penelitian Fatimah Djajasudarma dkk. berjudul Nilai Budaya dalam Ungkapan dan Peribahasa Sunda.  Namun, penelitian-penelitian seperti itu masih terlalu sedikit. Memang, kajian antropolinguistik (etnolinguistik atau antropologi linguistik) belum populer dan belum banyak berkembang di Indonesia, padahal Indonesia adalah “surga” bagi kajian antropolinguistik dengan beratus-ratus etnik di dalamnya.Dalam salah satu subtema seminar “Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah dalam Pembentukan Wawasan Keindonesiaan”, makalah ini menyarankan untuk menggali nilai-nilai budaya dalam peribahasa etnik-etnik yang ada di Indonesia dalam perspektif antropolinguistik. Selain itu, juga akan dipaparkan metode yang dapat digunakan dan beberapa contoh kajian yang telah dilakukan mengenai peribahasa etnis yang dapat dimanfaatkan untuk tema ini.Bagi peserta didik, peribahasa dalam etniknya sendiri maupun dalam etnik-etnik lain di sekitarnya sangat relevan diajarkan dalam pelajaran muatan lokal bahasa dan sastra daerah. Dari peribahasa yang ada itu digali nilai-nilai budayanya, dipilih mana yang dapat diunakan untuk membangun wawasan keindonesiaan, mana yang perlu diterengjelasakan dan diambil langkah antisipasi agar tidak mendorong konflik, seperti terhadap ungkapan dalam bahasa Madura “Atembheng poteh tolang bi’ poteh mata, anggo’a poteya telang” ‘Daripada putih tulang dan putih mata lebih baik putih tulang’, karena ungkapan itu disinyalir dapat memicu konflik.
Distribusi dan Pemetaan Bentuk dan Jenis-Jenis Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang pada Masyarakat Tutur Bahasa Bugis di Kabupaten Dompu dan Bima Safoan Abdul Hamid
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.439 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.137

Abstract

Indonesiakaya akan berbagai karya sastra daerah. Keberadaan karya-karya sastra daerah tersebut turut memperkaya khasanah kebudayaanIndonesia. Sastra daerah berfungsi sebagai media ekspresi dan kreativitas yang mendalam yang berisi aspirasi, cita-cita, ide, dan keinginan. Oleh karena itu, penelitian yang mendokumentasi dan menginventarisasi karya-karya sastra daerah menjadi suatu keharusan di tengah gencarnya penetrasi budaya asing serta kemajuan teknologi informasi.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebaran geografis berbagai bentuk dan jenis-jenis karya sastra daerah pada masyarakat tutur bahasa Bugis di Kabupaten Dompu dan Bima. Pada kedua lokasi ditemukan karya sastra bentuk puisi dan prosa. Analisis data secara sinkronis dan diakronis menunjukkan bahwa karya-karya sastra tersebut telah mengalami inovasi ekternal. 
Analisis Wacana Kritis dan Studi Bahasa Kritis dalam Pengajaran BIPA Ganjar Hwita
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.054 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.133

Abstract

Kerangka kerja analisis wacana kritis (AWK) relevan untuk pendekatan kritis terhadap studi bahasa—yang dikenal dengan studi bahasa kritis (SBK). SBK merupakan satu sumbangan penting dalam pendidikan dan pembelajaran bahasa yang mulai terkenal sekitar tiga dekade yang lalu.  Relevansi AWK dengan SBK terletak pada orientasi atau pandangan terhadap bahasa dalam pendidikan dan pembelajaran bahasa (R. Fowler, et., 1979; M. Pecheux, 1982; J. Mey, 1985; N. Fairlough, 1989).Dalam AWK, setiap wacana memiliki tiga dimensi: merupakan teks bahasa lisan maupun tertulis; suatu interaksi antar-orang—yang melibatkan proses produksi dan interpretasi teks (praktik kewacanaan); dan merupakan bagian dari suatu praktik atau tindak sosial.  Implikasinya dalam SBK adalah bagaimana studi ini mengangkat kaidah bahasa dan praktik kebahasaan ditanamkan bersama dengan hubungan suatu praktik atau tindak sosial yang sering tidak disadari oleh kita selama ini.  Studi ini pun mengkritik kecenderungan studi bahasa yang menggunakan kaidah dan praktik kebahasaan dengan begitu saja, sebagai objek yang dideskripsikan, dalam cara yang mengaburkan penanaman ideologi dan politik mereka.Makalah ini akan membahas dalam tataran ide suatu pemikiran bidang AWK dalam hubungannya dengan SBK tentang pengajaran suatu bahasa sebagai bahasa asing (N. Fairlough, 1989; C. Wallace, 1992). Masalahnya difokuskan pada pengajaran membaca dengan latar belakang seringnya pelajar BIPA dianggap rendah sebagai pembaca sehingga ada yang hilang dalam pembelajarannya.  Apa yang hilang itu adalah (1) usaha mendudukkan kegiatan membaca dan teks tulis dalam konteks sosial, (2) penggunaan teks yang provokatif, (3) cara penafsiran teks yang melibatkan asumsi-asumsi ideologis serta makna proposisional.
Distribusi dan Pemetaan Bentuk/Jenis Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang pada Masyarakat Tutur Bahasa Bugis di Kabupaten Sumbawa Syaiful Bahri
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.554 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.138

Abstract

Tulisan ini akan menggambarkan dua hal, yaitu: (1) deskripsi bentuk dan jenis karya sastra yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat tutur bahasa Bugis di KabupatenSumbawa; (2) distribusi dan penyebaran karya sastra tersebut.Dari hasil analisis data ditemukan dua ragam karya sastra, yaitu prosa dan puisi. Dari ragam prosa ditemukan dua jenis karya sastra, yaitu dongeng dan legenda yang kesemuanya ditemukan di kedua daerah pengamatan. Pengelompokan lebih khusus menunjukkan, di Teluk Santong hanya ditemukan jenis dongeng lelucon, sedangkan di Labuan Mapin ditemukan tiga jenis dongeng, yaitu lelucon, fabel, dan dongeng biasa. Jenis legenda di Teluk Santong hanya legenda setempat, sedangkan di Labuan Mapin ditemukan legenda perorangan, keagamaan, dan alam gaib.Ragam puisi ditemukan jenis pantun (kélong) dan mantra (jappi). Jenis pantun ditemukan di kedua daerah pengamatan, sedangkan jenis Mantra hanya ditemukan di Labuan Mapin.
DISTRIBUSI DAN PEMETAAN VARIAN-VARIAN BAHASA JAWA DI NUSA TENGGARA BARAT (Suatu Kajian Dialektologi) NFN Hartini
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.508 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.134

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang bahasa Jawa beserta lokasinya di Provinsi Nusa Tenggara Barat serta mendeskripsikan tentang varian-varian yang terdapat dalam beberapa variabel linguistik dalam bahasa Jawa. Melalui metode dialektometri, dari 254 buah peta perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang meliputi bidang fonologi dan leksikon, didapat tiga dialek dalam bahasa Jawa yang ada di Provinsi Nusa Tenggara barat, yaitu dialek Praya, Uma Sima, dan So Nggajah (DPUS), dialek Sakra (DSak) dan dialek Sepayung (DSep). Mengenai hubungan kekerabatan antardialeknya, dapat dikatakan bahwa DPUS lebih dekat dengan DSak daripada dengan DSep.
Kebijakan Pemerintah Daerah tentang Pemakaian Bahasa Lokal: Studi Kasus Pemerintah Kota Surabaya pada Era Otoda nfn Tubiyono
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.712 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.139

Abstract

Makalah singkat ini akan mendeskripsikan latar belakang, pelaksanaan, dan evaluasi tentang  kebijakan pemakaian bahasa Jawa sebagai manifestasi good will pemerintah daerah Kota Surabaya pada era Otonomi daerah. Otonomi daerah memiliki implikasi yang sangat luas dalam kehidupan pemerintah daerah, tidak hanya beimplikasi pada masalah administrasi keuangan dan administrasi kepegawaian, tetapi juga masalah sosial, politik, ekonomi dan budaya. Salah satu implikasi yang berkaitan dengan masalah budaya adalah adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota Surabaya terkait dengan penggunaaan bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa lokal di Kota Surabaya di samping bahasa Indonesia, bahasa Madura, dan bahasa asing wajib digunakan satu hari dalam satu minggu baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi di seluruh pendidikan dasar dan menengah. Adanya kebijakan itu mendapat respon yang berbeda-beda baik dari guru, murid, serta pejabat terkait. Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya terkait dengan kebijakan yang dimaksud, jika memang positif diharapkan dapat dijadikan model proteksi bahasa lokal dalam rangka pemertahanan budaya di tengah-tengah kehidupan global.
Kontak Bahasa antara Komunitas Tutur Bahasa Sasak dan Komunitas Tutur Bahasa Mbojo di Kabupaten Dompu dan Bima Lukmanul Hakim
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.154 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.135

Abstract

Penelitian  ini mendeskripsikan tentang wujud adaptasi linguistik antarkomunitas Sasak dan Mbojo di Kabupaten Dompu dan Bima, kecenderungan adaptasi linguistik pada kedua komunitas tersebut, segmen sosial pada masing-masing komunitas tutur bahasa tersebut yang lebih dominan melakukan adaptasi linguistik, dan faktor-faktor penyebab terjadinya adaptasi linguistik pada kedua masyarakat etnis tersebut.Secara metodologis, wujud data yang menjadi basis analisis dalam penelitian ini adalah berupa data kebahasaan dalam masing-masing bahasa komunitas tutur yang menjadi sasaran penelitian. Ada dua wujud data yang menjadi bahan analisis dalam penelitian ini, yaitu data linguistik dan data nonlinguistik. Data linguistik dikumpulkan dengan cara mewawancarai informan di setiap lokasi pengambilan data yang ditentukan, sedangkan  data sosiolinguistik dikumpulkan dengan cara peneliti langsung datang ke lokasi penelitian dengan mewawancarai dan menyebarkan kuesioner pada informan. Selanjutnya, data yang diperoleh dianalisis. Untuk analisis data linguistik dilakukan dengan menggunakan metode padan, sedangkan untuk memperoleh gambaran ihwal kecenderungan adaptasi bahasa pada komunitas yang menjadi sampel penelitian digunakan analisis kuantitatif, dengan menghitung persentase kemunculan bentuk adaptasi linguistik pada semua variabel yang menyangkut pentipean informan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adaptasi linguistik yang terdapat pada komunitas Sasak dan Mbojo secara kuantitatif memperlihatkan adanya adaptasi linguitik yang sangat terbatas, itu pun sebagian besar pada tataran leksikon. Penyebabnya  bahasa Sasak memiliki hubungan kesubrumpunan bahasa yang berbeda dengan bahasa Mbojo, umur enklave Sasak yang menjadi daerah penelitian masih relatif muda, masing-masing komunitas memandang isoleknya sangat berprestise, dan mayoritas penduduk ketiga enklave yang menjadi sampel penelitian adalah petani.
Kontak Bahasa antara Komunitas Tutur Bahasa Selayar dan Bahasa Sumbawa di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat Fatma Astifaijah
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.703 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.132

Abstract

Penelitian kontak bahasa Selayar dan bahasaSumbawamerupakan salah satu kajian sosioliguistik. Dalam tulisan ini, melibatkan dua unsur, yaitu unsur sosial dan unsur kebahasaan yang terjadi pada masyarakat bilingual dan multilingual dengan cara melakukan adaptasi sosial dan adaptasi linguistik.Adaptasi sosial diperoleh hasil bahwa masyarakat tutur bahasa Selayar dan bahasaSumbawadi daerah sampel dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat tutur di mana mereka berada. Adaptasi linguistik digambarkan bahwa masyarakat tutur bahasa Selayar dan bahasa Sumbawa melakukan serapan secara timbal balik dalam bahasa Sumbawa, bahasa Selayar, dan bahasa Indonesia dengan bentuk fonologi, leksikon, baster, dan morfologi. Alih kode dan campur kode dalam bahasa Indonesia terjadi pada kedua masyarakat tutur bahasaSumbawadan Selayar. Hal ini disebabkan kedua masyarakat tutur bahasa tidak seutuhnya paham akan bahasa yang mereka gunakan, maka secara otomatis mereka akan beralih kode atau bercampur kode dengan bahasaIndonesia.Hal tersebut mengakibatkan diperolehnya hasil kecenderungan adaptasi berpengaruh pada bahasa yang dominan dan bervariasi dengan berbagai faktor antara lain geografi, sosial, budaya, usia, ekonomi, pendidikan, dan prestise (harga diri) pada setiap daerah pengamatan yang berbeda.

Page 1 of 1 | Total Record : 8